Langsung ke konten utama

Mengenal Gaya Tulisan Nur Terbit

 Mengenal Gaya Tulisan  Nur Terbit




 Saya merasa bersemangat dengan seorang narasumber yang latar belakangnya ahli hukum, namun hal itu tidak menjadi pembatas beliau dalam menulis baik tulisan di Koran maupun di buku dan kertas. Ternyata menulis tidak hanya bisa di lakukan oleh seorang sastrawan dan pujangga. Seorang sarjana hukum pun bisa menulis dengan baik dan sempurna. Keseharian Bang Nur Terbit sebagai wartawan yang memiliki segudang pengalaman dibidang tulis menulis. Tidak dapat di katakan biasa. Pada kenyataannya memang pekerjaan seorang  wartawan tidak jauh dari itu. Melihat karya dan segudang prestasi yang telah ditorehnya, saya merasa senang semoga apa yang Bang Nur Terbit raih suatu saat saya bisa mengejarnya bersama tekad dan niat saya tentunya.

Menulis berita, peristiwa, merupakan hal yang membutuhkan kejelian  pandangan mata di lapangan. Hal itu biasanya disebut reportase yang dilengkapi foto dari TKP. Tulisan yang biasa dibuat antara berita di Koran dan artikel di media ternyata tidak sama dengan cara menulis karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis, atau disertasi. Hal itu dikarenakan tulisan di Koran tidak boleh memasukan opini penulisnya / wartawan. Jika seorang wartawan akan menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, biasanya akan ditempatkan dibagian opini, artikel yang by name. 

Artikel yang akan dimuat biasanya sudah disiapkan, baik dikoran, majalah, maupun ditabloid. Rubrik opini dikoran bisa juga diisi oleh orang lain selain wartawan. Tentunya harus orang yang ahli dibidangnya. Kemudian pihak media akan memberikan kompensasi berupa honorarium yang besar tergantung kemampuan media yang bersangkutan. Orang yang ahli atau pakar disatu bidang ilmu, bahkan jadi penulis tetap tentu mendapatkan honor yang lumayan. Media yang menerapkan honor tetap seperti Majalah Tempo, Kompas, Republika, Media Indonesia, dan beberapa majalan lainnya.

Pada era digital ini ternyata memberi pengaruh sangat besar terhadap perkembangan dan kemajuan media massa. Sehingga banyak dari media massa tersebut yang mengalami gulung tikar, tiarap lalu tidur untuk selamanya. Sungguh sangat miris mengetahui hal itu. Apalagi sekarang era telah berganti menjadi online. Ada hal positif dan negative dengan maraknya online. Karena disatu sisi mengurangi pasar media massa, dissisi lannya membuka peluang untuk netizen atau citizen jurnalis. Selain itu juga menambah media informasi yang semakin banyak pilihan.

Zaman dulu sebelum media online seramai sekarang, untuk sekedar membeli Koran/ majalah harus ke kaki lima, lampu merah, pengecer, dan agen. Zaman sekarang cukup dengan gadget atau HP kita sudah bisa menikmati berita atau informasi lain yang lebih menarik tentunya. Bang Nur Terbit, memulai tuliannya dari sejak masih di Sekolah Dasar, hal itu dilatar belakangi karena Ayahnya bekerja di kantor P dan K yang sekarang berganti nama menjadi Kemendikbud di Maros Sulsel. Ayahnya yang bertugas untuk membagikan buku ke sekolah-sekolah seperti buku bacaan, pelajaran, dongeng, cerita petualangan.    

Dari sana seorang Nur Terbit mulai terbiasa membaca buku, sehingga hal itu pula yang menjadi dasar dalam tulisannya. Kemahiran yang didapat seseorang dalam menulis yaitu dari banyaknya buku yang kita baca. Itu mungkin menjadi modal utama dalam menulis. Selain itu, membaca tulisan sendiri juga bisa menambah kemampuan menulis, karena kita akan mengetahui sejauh mana kekurangan dan kelebihan tulisan sendiri baik dari ejaan maupun dari segi penulisan kalimatnya. 

Sangat luar biasa menurut saya, ketika kita mengetahui ada penulis yang sudah belajar membuat tulisan di Koran dari sejak SD seperti Bang Nur Terbit ini. Meskipun yang ditulisnya sekitar cerita anak SD, akan tetapi tidak semua anak SD bisa menulis dalam usia yang masih muda sekali. Tulisan yang dibuat berupa puisi anak, cerita anak, dan gambar di rubrik anak. Tak salah beliau ketika sudah dewasa bisa menjadi penulis di media massa. Karena memang sudah memiliki bakat dari sejak kecil. Itu tentu merupakan hal yang membanggakan, apalagi ditambah dengan adanya honor atau bayaran. Tentunya akan menambah semangat lagi dalam berkarya.

Dari pengalaman menulis itu akan membuat seseorang lebih semangat dalam meningkatkan tulisannya seperti pengalaman Bang Nur Terbit. Beliau yang lulusan PGA memiliki praktik mengajar di SD Muhamadiyah Maros Sulsel. Dimana itu menjadi pengalaman beliau yang memiliki murid-murid berbadan besar. Yang kemudian beliau tulis dalam sebuah cerita dan diikutsertakan dalam lomba mengarang ke majalah remaja Kompas Grup dan jadi juara harapan satu. Kemudian beliau mendapatkan hadiah kamus Indonesoa-Inggris M Sadeli dan Kaos HAI. Juara Leila S Chodori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana, semua penulis cerpen dan novel terkenal di zamannya. Menjadi wartawan resmi pada saat kuliah di IAIN Makassar dan menjadi pengelola Koran kampus. Sungguh prestasi yang luar biasa.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1_SRIWATI CGP ANGKATAN 9

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1                                                   foto kegiatan RUKOL Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan                                   Sebagai Pemimpin PERTANYAAN PEMANTIK dan JAWABAN 1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi Triloka dan Pratap Triloka menekankan pendekatan holistik dan multidimensional dalam pendidikan. Hal ini dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemimpin, yang perlu memahami dan mempertimbangkan berbagai aspek serta dampak keputusan pada berbagai dimensi organisasi atau masyarakat yang dipimpin. 2.         Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang dapat memiliki dampak besar pada prinsip-prinsip yang mereka anut dalam pengambilan keputusan. Nil

Pentigraf " Pilihan Cinta Namima"

  Pentigraf Tema: Aku Kamu Dia Pilihan Cinta Namima       Aku   biasa disapa Nami, oleh teman-teman di sekolah. Aku yang tinggi kecil, mata belok, hidung mancung, rambut panjang hitam, dan kulit kuning langsat. Membuat teman laki-laki selalu bersiul genit ke arahku. Aku yang duduk di kelas 1 SMA, tak pernah meghiraukan mereka. Karena, Ayah selalu berpesan agar aku belajar sungguh-sungguh. Tidak boleh pacaran terlebih dahulu. Mungkin Ayahku terlihat kolot, tapi semua pesannya selalu diikuti olehku. Seperti yang selalu beliau ucapkan, bahwa pacaran akan memecah konsentrasi belajarku. Walaupun, ada juga yang mengatakan jika memiliki pacar bisa menjadi motivasi dalam belajar. Tapi,  aku lebih mematuhi perkataan Ayahku. Setiap temanku menyatakan cinta, aku akan menolaknya dengan halus.      Seperti rabu kemarin, saat dua teman sekolahku beda kelas Riyo dan Arif menyatakan cintanya. Mereka menghadang di depan kelas saat aku mau masuk. Sontak membuat aku kaget dan bingung. Tiba-tiba Riyo meny

Ikhtifal Yang Buat Deg-degan

 # Minggu Menulis # Tema 'D' Ikhtifal Yang Buat Deg-degan Tak banyak kata yang dapat diungkapkan selain rasa syukur yang luar biasa. Atas anugrah yang Allah berikan pada putra saya Tunjung yang usianya 10 tahun. Hari ini dia mengikuti ikhtifalan di TPA La Tansa. Setelah minggu kemarin mengikuti ujian lisan yang diikuti selama 3 hari. Acara ihtifalan atau biasa disebut pidato tentang keagamaan. Selain itu juga acara pelepasan dan perpisahan untuk siswa kelas 6 (Ali). Kegiatan ini rutin diadakan tiap selesai mengikuti ujian pada semester akhir genap. Yang dipandu oleh para wali kelas tiap tingkat yang biasa disafa Ustadzah oleh para siswa. Kegiatan yang dilaksanakan ikhtifal, marawis, hadroh, dan tarian-tarian islami lainnya. Sungguh luar biasa meriahnya acara tersebut. Yang paling membanggakan untuk kami para orang tua. Tentunya peningkatan pendidikan yang islami  putra kami. Nilai karakter dan pembiasaan yang islami untuk bekal masa depan yang akan direalisasikan dalam kehidupa