Langsung ke konten utama

Keunikan Kolecer


# Minggu menulis

# Tema 'K'



 

Keunikan Kolecer 




     Saat ini di Cipanas Lebak cuaca sedang tidak stabil. Kadang hujan lalu besoknya panas. Sedangkan angin bertiup sangat kencang. Seperti tadi malam, hujan dan angin sangat kencang. Halilintar juga sangat keras menggelegar. 

Saat membuka gorden, saya melihat jemuran baju mau roboh. Saya tidak berani ke luar rumah hanya memperhatikannya saja, lewat jendela kaca.

Tiba-tiba suara kolecer (baling bambu) sangat kencang, karena tertiup angin yang kencang. Semakin angin kencang, kolecer berputar dan mengeluarkan suara  yang merdu. 

Suara kolecer yang merdu bisa menakuti hewan pengganggu seperti burung. Petani biasanya menempatkan kolecer di sawah bersama bebegig (orang-orangan sawah). Untuk melindungi padi dari hewan pengganggu seperti burung.

Tapi masyarakat di sini menempatkan kolecer di atas pohon besar yang tinggi. Bahkan mereka sengaja menempatkan bambu yang besar dan panjang untuk menempatkan kolecer. Semakin tinggi tempat kolecer, semakin nyaring dan merdu suara kolecer. Karena semakin atas, semakin kencang angin berhembus.

Kolecer merupakan kearifanlokal dari Banten, khususnya Lebak dan Pandeglang. Bahkan pernah diadakan festival kolecer di Pandeglang. Hal itu untuk mengangkat kearifanlokal sebagai budaya yang harus di lestarikan keberadaannya. Agar tetap terjaga keberadaannya sampai anak cucu kelak.

Cara membuat kolecer saya lansir melalui https://www.mangyana.com.








Kemarin putra saya dan tetangga membuat kolecer dari bilahan pohon bambu.  Bilahan tersebut ditipiskan menggunakan golok dan pisau lalu diserut. Bagian tepi harus lebih tipis dari bagian tengah agar kolocer saat terkena angin akan berputar dan mengeluarkan bunyi.




Pada bagian tengah diberikan lubang untuk penyangga atau pegangan. Lubang tersebut harus pas berada di tengah-tengah agar pegangan atau penyangga seimbang. Sehingga kolecer tidak timpang atau berat sebelah.

Saat kolecer yang dibuat berputar dengan kencang oleh terpaan angin. Putra saya tersenyum puas dan senang. Itu artinya dia berhasil membuat kolecer yang menyerupai baling-baling pesawat. Walaupun dibantu oleh tetangga kami.

Kadang saya bertanya padanya, kenapa sangat menyukai kolecer. Lantas dengan antusias dia ceritakan, membuat kolecer sampai berputar dan mengeluarkan bunyi yang nyaring sangat menyenangkan untuknya. 

Dia merasa senang karena berhasil membuatnya. Seperti dia berhasil membudidayakan ikan hiasnya. Dia menyukai kolecer karena bentuknya yang unik. Selain itu juga dapat mengeluarkan bunyi yang nyaring dan merdu seperti alunan musik tradisional. 




Komentar

  1. Baru tau bund..namanya kolecer..

    BalasHapus
  2. Keren... Bunda, kolecernya, waktu emak masih kecil suka dibuatkan oleh bpk mainna tersebut. Terasa senang melihat kolecer yg muter-muter terus

    BalasHapus
  3. Kitiran, ya. Masih ada ya. Lestarika agar tidak punah dan para tetua tidak menulis "Rindu Suara Kolecer".

    BalasHapus
  4. Di Lombok kayaknya enggak ada kayak gini. Kebayang serunya.

    BalasHapus
  5. Wah itu mainan orangtua juga kalau di tempat saya bun. Ada desa dengan sebutan desa seribu kolecer. Berlomba untuk yg pling kencang dan bagus suaranya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ternyata sama budaya kita Bu E Hasanah🤝🤭

      Hapus
  6. Ohhh.. itu namanya kolecer.
    Saya biasa memanggilnya baling-baling...

    Nyoba bikin ah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak Indra. Coba deh bikin di Pamulang. Pasti seru😀

      Hapus
  7. Wah, nama yang baru dan pertama kali saya dengar, kolecer! Tapi, memang kok yang namanya kearifan lokal atau kekayaan budaya setempat memang perlu dilestarikan. Asalnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, kiranya bisa terus diabadikan. Soalnya, itu juga menjadi kekayaan bangsa ini dan warisan untuk anak cucu kita. Masa mereka tidak mengenal budaya kakek neneknya nanti. Kan sangat disayangkan tuh.

    BalasHapus
  8. Ide bagus niih untuk keterampilan di TK

    BalasHapus
  9. Kolecer, .atau kithiran nama di daerah saya. Kata-kata itu baru buat saya. Juga bebegig atau orang-orangan sawah, .vocab baru bagi saya. Senang mendapatkan ilmu dan bahasa baru

    BalasHapus
  10. Di belkang rumah juga ada yang bikin nih bu, ukurannya besar banget.

    Jadi ketahuan kalau ada angin kencang dari suara kolecer 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Bu Pipit selamat mendengarkan musik tradisional dari kolecerya!🤭🤭🤭

      Hapus
  11. Di kp.Buluheun malah disimpen di tengah2 sungai kolecernya, diantara tumpukan bebatuan🤭😁 ada puluhan... kebayang suaranya kalau angin'a lg gede

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul Bu Iis, makanya foto yang di ambil dari sana. Malam hari sangat ramai kampung Buluheun oleh musik tradisional kolecer🤭🤭🤭

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1_SRIWATI CGP ANGKATAN 9

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1                                                   foto kegiatan RUKOL Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan                                   Sebagai Pemimpin PERTANYAAN PEMANTIK dan JAWABAN 1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi Triloka dan Pratap Triloka menekankan pendekatan holistik dan multidimensional dalam pendidikan. Hal ini dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemimpin, yang perlu memahami dan mempertimbangkan berbagai aspek serta dampak keputusan pada berbagai dimensi organisasi atau masyarakat yang dipimpin. 2.         Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang dapat memiliki dampak besar pada prinsip-prinsip yang mereka anut dalam pengambilan keputusan. Nil

Pentigraf " Pilihan Cinta Namima"

  Pentigraf Tema: Aku Kamu Dia Pilihan Cinta Namima       Aku   biasa disapa Nami, oleh teman-teman di sekolah. Aku yang tinggi kecil, mata belok, hidung mancung, rambut panjang hitam, dan kulit kuning langsat. Membuat teman laki-laki selalu bersiul genit ke arahku. Aku yang duduk di kelas 1 SMA, tak pernah meghiraukan mereka. Karena, Ayah selalu berpesan agar aku belajar sungguh-sungguh. Tidak boleh pacaran terlebih dahulu. Mungkin Ayahku terlihat kolot, tapi semua pesannya selalu diikuti olehku. Seperti yang selalu beliau ucapkan, bahwa pacaran akan memecah konsentrasi belajarku. Walaupun, ada juga yang mengatakan jika memiliki pacar bisa menjadi motivasi dalam belajar. Tapi,  aku lebih mematuhi perkataan Ayahku. Setiap temanku menyatakan cinta, aku akan menolaknya dengan halus.      Seperti rabu kemarin, saat dua teman sekolahku beda kelas Riyo dan Arif menyatakan cintanya. Mereka menghadang di depan kelas saat aku mau masuk. Sontak membuat aku kaget dan bingung. Tiba-tiba Riyo meny

Ikhtifal Yang Buat Deg-degan

 # Minggu Menulis # Tema 'D' Ikhtifal Yang Buat Deg-degan Tak banyak kata yang dapat diungkapkan selain rasa syukur yang luar biasa. Atas anugrah yang Allah berikan pada putra saya Tunjung yang usianya 10 tahun. Hari ini dia mengikuti ikhtifalan di TPA La Tansa. Setelah minggu kemarin mengikuti ujian lisan yang diikuti selama 3 hari. Acara ihtifalan atau biasa disebut pidato tentang keagamaan. Selain itu juga acara pelepasan dan perpisahan untuk siswa kelas 6 (Ali). Kegiatan ini rutin diadakan tiap selesai mengikuti ujian pada semester akhir genap. Yang dipandu oleh para wali kelas tiap tingkat yang biasa disafa Ustadzah oleh para siswa. Kegiatan yang dilaksanakan ikhtifal, marawis, hadroh, dan tarian-tarian islami lainnya. Sungguh luar biasa meriahnya acara tersebut. Yang paling membanggakan untuk kami para orang tua. Tentunya peningkatan pendidikan yang islami  putra kami. Nilai karakter dan pembiasaan yang islami untuk bekal masa depan yang akan direalisasikan dalam kehidupa