Dari Outline Menjadi Biografi Yang Di Bukukan
Materi malam ini merupakan materi ke-12 saya, dipandu oleh Omjay. Syukur alhamdulilah beliau sudah berangsur-angsur pulih dari wabah virus corona. Kemudian seperti biasa sahabat saya Bu Aam membuka acara dan mempersilahkan narasumber untuk segera memaparkan materi yang akan di sampaikan. Sebetulnya kondisi saya masih mengenakan mukena putih kesayangan saya warisan dari Ema. Karena pada 1 januari 2020, saya terkena banjir bandang sehingga hanya baju yang di badan saja yang selamat. Memang miris, tetapi alhamdulilah banyak hikmah yang saya petik dari peristiwa itu. Yang penting saya, suami dan putra semata wayang saya selamat.
Sepuluh menit berlalu narasumber hebat belum juga memaparkan materi yang sudah tak sabar ingin segera saya ketahui. Mungkin beliau sedang melaksanakan kewajibannya pada Sang Khalik. Karena memang waktunya untuk sholat isya. Akhirnya saya pun melaksanakan kewajiban lima waktu juga sambil menunggu narasumber yang di safa Pak Suparno, S. Pd, M. Pd seorang kepala sekolah berprestasi .
Alhamdulilah akhirnya narasumber memulai pemaparannya setelah beliau selesai melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Pak Suparno memulai materi menggunakan bahasa Jawa kromo inggil, alhamdulilah saya mengerti apa yang disampaikannya. Karena Bapak saya dari Purworjo dan Suami saya dari Solo. Jadi saya bisa bahasa Jawa meski tidak begitu fasih.
Pertama kali Pak Suparno berbicara, beliau memaparkan biografinya dari nama sampai karirnya sebagai guru, kepala sekolah, dan penulis. Begitu banyak penghargaan yang telah beliau raih. Dari mulai lulusan terbaik D3 IKIP Surabaya tahun 1989, lulusan terbaik S1 Universitas Wima tahun 1996. Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun 2011 juara 2. Narasumber Nasional Guru Pembelajar tahun 2016-2018.
Sedangkan jejak literasi beliau berupa buku diantaranya:
1. Perjuangan Hidupku
2. Pranatacara Lan Pamedhar Sabda
3. Potret Desa Pojoksari
4. Telaga Ilmu Permasalahan BK di Sekolah
5. Catatan Harian Seorang Kepala Sekolah
6. Catatan Kepala Sekolah
Yang menarik dari pemaparan Pak Suparno, beliau akan menjelaskan biografi. Hal tersebut menurutnya jarang di jelaskan oleh narasumber, padahal sangat penting. Karena biografi digunakan saat seseorang membuat buku yang akhirnya di terbitkan. Agar penulis diketahui oleh pembaca. Seperti yang kita ketahui bahwa biografi merupakan riwayat hidup seseorang. Sedangkan, autobiografi merupakan riwayat hidup yang di tulis sendiri oleh penulis. Yang perlu kita ketahui manfaat menulis biografi adalah untuk:
1. Mengabadikan riwayat hidup kita yang harus diketahui oleh anak cucu kita nanti saat kita sudah tiada. Sehingga nanti mereka tau perjalanan hidup kita.
2. Dari pengalaman yang baik pada diri kita bisa menjadi pembelajaran bagi orang setelah kita. Sehingga, menjadi mal jariah untk kita.
3. Menjadi motivasi berprestasi bagi kita, karena suatu saat ingin menambahkan riwayat hidup menjadi cerita berprestasi lainnya.
4. Rasanya rugi jika segudang prestasi yang kita miliki tidak dituliskan akan lenyap di telan zaman.
Untuk mengawali kita dalam menulis biografi, yaitu dengan membaca biografi orang lain yang hebat. Sehingga kita akan terinspirasi untuk mengenal gaya tulisannya, layoutnya, dan cerita penting dalam tulisannya. Menurut beliau, agar kita dapat membandingkan mana yang lebih kita sukai. Minimalnya kita baca biografi orang lain lebih dari satu biografi.
Pengalaman Pak Suporno dalam menulis biografi, beliau sebelumnya membaca biografi Pak Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Kemudian beliau membaca buku temannya yang berjudul “Transformasi Kehidupan”. Dari pengalaman yang beliau dapatkan saat membaca dua buku tersebut. Akhirnya beliau langsung menulis outline yang akhirnya menjadi buku yang berjudul “Perjuangan Hidupku” yang tebal halamannya sebanyak 173 halaman. Yang ditulisnya selama satu bulan. Hal itu menurut beliau sangat mudah, karena semuanya pernah beliau alami.
Tulisan yang mudah adalah tulisan yang mengalir seperti aliran sungai yang jernih di gunung yang belum tersentuh tangan jahat manusia. Saya setuju dengan pendapat beliau. Saya sendiri pernah menulis cerpen yang mengalir karena memang berasal dari pengalaman saya sendiri. Tapi sayangnya saya belum sempat membuat antologinya. Selain itu menurut beliau, menulis biografi sangat lah mudah . karena berasal dari pengalman kita sendiri yang sudah di lakukan. Pengalaman beliau yang sangat menginspirasi saya dalam menulis mudah adalah:
1. Tulislah apa yang kau lakukan
2. Tulislah apa yang kau rasakan
3. Tulislah apa yang kau pikirkan
4. Tulislah yang kau impikan
5. Tulislah yang kau hayalkan
Dari pemaparan itu, beliau mengatakan bahwa menulis biografi merupakan apa yang kita lakukan. Sedangkan menulis novel termasuk apa yang kau hayalkan. Menurut beliau menulis fiksi sangat sulit, karena tidak di lakukkan. Agar tulisan kita berkualitas, menulis yang kita kuasai dan sukai. Maka tulisannya akan lengkap, detail, dan berbobot. Bila menulis dari hal yang kita sukai, maka kita menulis dengan enjoy dan senang. Pada akhirnya kita akan terus-menerus melakukan menulis, sehingga tulisan cepat selesai.
Selain itu, karena hal yang kita tulis berasal dari hati, maka tulisan yang kita tulis bahasanya enak di baca oleh orang lain. Selain itu menurut Pak Suparno, setelah membuat outline. Biasanya beliau membuat jadwal menulis. Seperti, setiap hari beliau membuat satu judul. Kita harus konsisten pada jadwal yang sudah kita buat. Karena tidak ada masalah besar yang bisa di selesaikan dengan disiplin dan konsisten.
Menurut Pak Suparno, seorang penulis merupakan orang hebat yang luar biasa. Yang memiliki pemikiran melampaui kebanyakan manusia. Selain itu pengetahuan penulis sedalam samudra. Yang wawasannya luas seperti jagad raya. Karena penulis yang hebat pasti memiliki kebiasaan membaca. Seperti penulis buku “Hary Potter” JK Rowling, yang memang dari kecil sudah menjadi kutu buku fasilitas dari orang tuanya. Sehingga pada usia 11 tahun beliau sudah menulis buku. Sungguh luar biasa. Bahkan saya sendiri sangat menyukai filmnya yang di adopsi dari buku Harry Potter.
Menurut Pak Suparno terkadang seorang penulis dianggap aneh, yang rela bajunya sedikit, rumahnya sederhana, mobilnya sederhana, tapi bukunya banyak. Ternyata selain Pak Suparno, istri dan anaknya pun menjadi penulis juga. Sungguh keluarga luar biasa menurut saya. Bahkan saya merasa senang dan ikut bangga menonton film yang diadopsi dari novel yang berjudul “Halo?” karya anaknya Pak Suparno. Semoga kelak anak saya juga pintar dan luar biasa, amin.
Saat tulisan kita sudah jadi, maka kita harus mengeditnya. Untuk hasil yang memuaskan, menurut beliau kita harus meminta pendapat teman. Agar tulisan kita bagus dan menarik. Setelah itu kirimkan ke penerbit, jangan lupa kita harus memilih penerbit yang akan mengantarkan bukun kita bisa banyak di baca dan di beli oleh orang lain. Kemudian cavernya dibuat semenarik mungkin, agar orang melihat buku kita langsung tertarik untuk membeli dan membacanya. Setelah 15 hari buku kita sudah jadi. Dalam penulisan buku biografi tidak dituliskan daftar pustaka. Sama dengan penulisan novel.
Akhir kata Pak Suparno memberikan tip, agar guru-guru hebat bloger untuk membuat outline buku autobiografi 10 poin saja. Yang nanti pada akhirnya ditulis dalam buku. Semoga saja apa yang dipaparkan Pak Suparno bisa saya realisasikan untuk menulis. Alhamdulilah dapat ilmu lagi. Terimakasi Pak Suparno, Omjay, dan sahabat saya Bu Aam. Semoga apa yang kita lakukan menjadi ladang fahala di Dunia dan Akhirat, amin.
Terima kasih bu Sriwati, resumenya bagus
BalasHapusTerimakasi Pak Suparno atas apresiasinya.
BalasHapus
BalasHapusHebat lanjutkan kreativitas dalam menulis, Bu Sriwati, M. Pd.