Rasanya tak pernah puas saat mengikuti kelas menulis bersama guru-guru hebat dan super. Yang mengantarkan para narasumber yang mumpuni dan berpengalaman. Terimakasi Om Jay, saya mendapat pengalaman dan ilmu baru. Terimakasi juga sahabatku Bu Aam, yang tanpa bosan selalu mengajak dan mensupot saya. Untuk mengikuti jejaknya belajar menulis sampai menerbitkan buku.
Alhamdulilah pada malam ini, narasumber adalah seorang yang bisa mengantarkan para penulis dapat menulis sampai menerbitkan bukunya. Bapak Joko Irawan Mumpuni merupakan direktur penerbit ANDI. Yang dengan jelas dan lugas menjelaskan bagaimana seorang guru bisa berkata "tidak bisa menulis". Sedangkan pada zaman dulu saat beliau SD, gurunyalah yang sudah mengajarkannya dalam hal menulis.
Menurut Pak Joko, semua orang dapat menuliskan karyanya. Terlebih lagi seorang guru yang sudah biasa mengajarkan siswanya untuk menulis. Dalam menulis seorang guru terlebih dahulu harus mengetahui produk buku di pasar. Hal tersebut sangat penting supaya guru sejak awal sudah memastikan tipe buku/ kelompok buku yang akan ditulisnya. Penulisan buku di seluruh dunia yang lazim menyerupai sirip ikan. Sedangkan buku yang ditulis bisa berupa buku teks maupun nonteks. Buku teks digunakan untuk proses belajar mengajar dari tingkat faud, TK, SD, SMP, SMA/ SMK sampai perguruan tinggi. Sedangkan buku nonteks, buku yang tidak selalu digunakan dalam pengajaran tersebut.
Buku teks pelajaran merupakan buku yang digunakan oleh siswa mulai dari Faud, TK, SD, SMP, SMA/ SMK. Sedangkan buku teks perguruan tinggi lebih banyak variannya dibandingkan buku pelajaran. Karena jumlah fakultas, jurusan lebih banyak dibandingkan mata pelajaran yang diajarkan di tingkat Faud sampai SMA.
Buku non teks biasanya berupa buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi seperti yang sudah kita ketahui bisa berupa antologi cerpen, novel, antologi puisi, dan lain-lain. Sedangkan buku nonfiksi, dapat berupa buku anak, buku aktivitas perkembangan anak, buku pengetahuan umum, dan lain sebagainya.
Pada saat seseorang menulis buku, judul buku bisa ditulis oleh satu penulis maupun lebih dari satu orang penulis. Kemudian buku yang akan diterbitkan merupakan hasil kerja sama dengan banyak pihak. Hal itu akan adanya saling menguntungkan antara penulis dan lembaga. Dimana pasaran buku tersebut sudah bisa dijamin, karena buku tersebut sudah pasti dibeli. Minimal yang akan membelinya merupakan anggota lembaga itu sendiri dimana mereka yang mendukung terbitnya buku tersebut.
Buku yang akan diterbitkan dengan pihak Kampus akan memiliki dua logo, yaitu logo ANDI dan logo ANIKOM. Buku tersebut diedarkan di seluruh Indonesia terutama di kalangan mahasiswa ANIKOM. Tiap tahun sudah jelas pasarnya. Penulis dan penerbit tidak takut buku tersebut tidak laku di pasar.
Yang lebih menarik lagi jika penerbit bekerja sama dengan UGM yaitu Dewan Guru Besar UGM. Yang menulis buku terdiri dari 20 orang. Dimana tiap penulis memiliki kewajiban menulis satu bab buku. Hal itu harus secepatnya diselesaikan, karena menyangkut konsistensi seorang penulis. Jika penulis tidak secepatnya menyelesaikan tulisannya, maka akan malu jika tulisannya belum selesai dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.
Kegiatan menulis yang kita lekukan seperti kita sedang menaiki sebuah tangga. Jika kita berada di tangga paling bawah artinya kemampuan manulis kita berada di level paling bawah. Yang maksudnya seseorang tidak ada keinginan untuk menulis. Orang berfikir lebih baik tidur atau cari baso dibandingkan menulis. Kemudian naik ketingkat berikutnya yang artinga seseorang tidak bisa menulis. Hal itu sebenarnya tidak mungkin, sedangkan yang mengikuti pelatihan saja guru-guru semua. Sedangkan di tangga paling atas, seseorang akan memiliki keinginan untuk menulis tinggal membulatkan tekad akan manulis insya Allah siapapun pasti bisa menulis.
Gambaran rumit industri buku, walaupun kor bisnisnya penerbit. Pihak yang terlibat sangat banyak ada yang lembaga maupun pribadi. Akan tetapi lebih banyaknya yang lembaga. Seperti penerbit ANDI yang memiliki enam ratus karyawan. Dimana itu belum termasuk pabrik kertasnya, Banknya, pengirimannya. Menurut Pak Joko, kadang sering penulis tidak menyadari. Bahwa yang dilakukannya itu penting untuk orang lain. Satu judul buku saja yang diterbitkan, maka kegiatan ekonomi akan berjalan dan dilakukan oleh orang banyak. Selain itu akan menghasilkan pekerjaan untuk orang lain, ada yang memiliki gaji tetap, bisa menghidupi keluarganya, menyekolahkan, piknik, beli henpon, dan lain-lain.
Pekerjaan yang dilakukan seorang penulis merupakan hal yang mulia. Tidak kalah mulianya dengan jabatan-jabatan yang lain. Karena bisa menghidupi banyak orang melalui karyannya. Selain itu, tanpa disadari penulis memiliki upah yang besar di surga kelak. Makanya Pak Joko berpesan agar guru-guru menjadi penulis yang nantinya bisa diterbitkan penerbit mayor.
Masyarakat Indonesia tingkat literasinya masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Terutama di Asia sendiri tingkat literasi kita masi rendah. Negara lain yang tingkat litetasinya sudah tinggi seperti Singapur, Jepang, Vietnam. Literasi harusnya menjadi budaya kita. Kita jadikan waktu senggang kita untuk nenonton/ membaca. Dari membaca kita akan bisa menulis. Akan tetapi rata-rata orang Indonesia lebih suka mengobrol/ bergosip dari pada menulis.
Seseorang yang lebih banyak waktunya digunakan untuk mengobrol. Saat diminta untuk menulis, pasti mengalami kesulitan. Tulisan yang dibuat hanya dapat sepatah duapatah kata. Hal tersebut dikarenakan kita yang tidak membiasakan diri. Orang yang pandai bercerita seharusnya pandai menulis karena, mereka sudah punya materi yang hanya diucapkan tapi tidak dituliskan.
Dalam menulis hal yang penting yaitu proses pembuatan naskah. Proses pembuatan naskah sendiri merupakan gambaran rumit, banyak kotak, dan tanda panah. Naskah dari penulis akan dikirim ke penerbit sampai akhirnya naskah tersebut jadi sebuah buku dan di pajang di toko buku. Saat seorang penulis menyelesaikan tulisannya, kemudian tulian tersebut dikirim ke penerbit. Tulisan tersebut selanjutnya akan dipelajari penerbit untuk kemungkinan penerbitannya. Penerbit sendiri tidak akan menghakimi tulisan itu. Baik dari segi baik atau tidaknya tulisan, dan benar atau salahnya tulisan.
Tulisan yang dikirimkan ke penerbit pasti ada yang diterima maupun ditolak. Akan tetapi bila tulisan ditolak, maka penerbit akan mengembalikan tulisan dengan biaya yang ditanggung oleh penerbit itu sendiri. Tetapi bila tulisan diterima oleh penerbit, maka penulis akan mendapatkan royalti. Royalti yang diterima penulis akan diberikan setiap enam bulan sekali melalui transper. Uang yang diterima penulis akan dipotong sebanyak sepuluh persen. Buku Yang akan di terbitkan akan diberitahukan melalui surat resmi, imel, WA.
Agar penulis dapat mengirimkan karyanya ke penerbit yang tepat baik minor maupun mayor. Maka ada baiknya penulis mengetahui hal-hal berikut ini:
1. Memiliki visi dan misi yang jelas.
2. Memiliki bussinis core line produk tertentu.
3. Pengalaman penerbit.
4. Jaringan pemasaran.
5. Memiliki percetakan sendiri.
6. Keberanian mencetak jumlah eksemplar.
7. Kejujuran dalam pembayaran royalti.
Selain itu harus juga mengetahui sistem penilaian di penerbit seperti berikut ini:
1. Editorial
2. Peluang potensi pasar
3. Keilmuan
Reputasi penulis
Saat karya kita berhasil di tulis kemudian di terbitkan di penerbit mayor. Hal yang dapat kita rasakan adalah kepuasan batin. Apalagi saat melihat buku kita ada di toko buku di pajang. Maka hal itu secara otomatis akan meningkatkan reputasi. Kemudian setelah berhasil menerbitkan buku. Kita mulai dikenal dan diundang kesana-kemari untuk jadi pembicara, dan karir kita pun akan meningkat.
Dalam dunia penerbitan ada beberapa hal yang harus diketahui penulis menyangkut penerbitan naskah. Diantara naskah yang diterima penulis biasanya memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Tema tidak populer tapi penulis populer.
2. Tema populer penulis populer.
3. Tema tidak populer penulis tidak populer.
4. Tema populer penulis tidak populer.
Pada saat kita menulis usahakan naskah mengikuti perkembangan yang sedang ramai dibicarakan oleh orang lain atau masyarakat. Sehingga tulisan kita laku di pasaran. Untuk mengetahui hal itu kita bisa lihat di google treen. Sedangkan untuk pemasarannya sendiri kita bisa lihat di trending dengan kata pemasaran.
Dari pemaparan yang jelas dan lugas itu, saya sangat berterimakasi pada Pak Joko. Saya merasa bersyukur mengetahui bagaimana agar naskah tulisan kita bisa diterima penerbit. Sampai di terbitkan. Selain itu saya juga tidak hawatir apakah naskah saya baik atau tidak. Yang penting kita harus memiliki kemauan untuk menulis terlebih dahulu. Karya yang diterbitkan sesuai dengan tujuan penerbitan buku. Buku yang tujuannya untuk bisnis tentu akan dipertimbangkan untuk bisnis.
Dalam mencapai penerbit mayor dibutuhkan perjuangan. Saat naskah ditolak oleh penerbit, kirimlah ke penerbit lain. Kemudian perbaiki apa yang dirasa kurang. Bila masi di tolak, buat lagi lalu kirim lagi sampai akhirnya di terima. Agar naskah bisa tembus kita harus banyak ngobrol dan akrab dengan penerbit mayor. Selain itu, kita juga harus menambah jam terbang baca dan jam terbang menulis. Hal itu dilakukan agar tulisan kita lebih baik lagi. Sehingga mudah diterima pembaca dan penerbit.
Itulah barangkali pemaparan yang disampaikan Pak Joko. Saya merasa senang dan luar biasa bertambah lagi ilmu saya. Ternyata menulis itu sebenarnya menyenangkan apalagi jika tulisan kita sampai tembus penerbit myor. Ternyata penerbit itu cakupannya luas dan sangat membantu para penulis menerbitkan bukunya. Semoga saya suatu saat nanti bisa membukukan tulisan saya, amin.
Memang betul semua orang bisa menulis dengan ketentuan menyingkirkan kemalasan
BalasHapusTerimakasih banyak atas tulisannya
BalasHapusTerimakasi Unknown, dan Om Jay.
BalasHapusMohon maaf saya belum bisa seperti yang lain yang sangat cepat dan hebat menulis resumenya🙏🙏
Mantaap, kt pak Nur Terbit, ini jenis resume reportase...
BalasHapus