Langsung ke konten utama

Mengenang Masa-masa S2 UNINDRA PGRI

 Mengenang Masa-masa S2 UNINDRA PGRI


Saat saya sedang istirahat, dan meneguk teh hangat yang disajikan OB sekolah. Tiba-tiba junior saya neng Nurul menghampiri.

Kami mengobrol tentang ijazah S2 kami yang dikirim kampus lewat pos pengiriman. Bahkan sampai saat ini wisuda pun belum ada kejelasan. Semua imbas dari C-19. Sungguh dahsyat virus ini pengaruhnya. Semoga Allah selalu memberi kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan ini, aamiin.

Tiba-tiba neng Nurul safaan akrab saya padanya. Maklum selisih usia kami terpaut belasan tahun. Mengatakan, bagaimana kalau kita lanjutkan pendidikan ke-S3? Karena setelah kami lulus kuliah S2, ternyata ada rasa kangen saat-saat kuliah.

Saya memang ada keinginan untuk melanjutkan ke-S3 tapi bukan saat sekarang. Mungkin suatu saat entah kapan semoga Allah merestui.

Saya memberikan masukan untuk Neng Nurul, agar melanjutkan pendidikannya ke-S3. Mengingat dia masih muda dan single, saya katakan mumpung masi muda carilah ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Sebelum memiliki keluarga.

Terasa oleh saya setelah bekerja dan berumah tangga waktu yang dimiliki harus dibagi dengan seimbang  berbeda saat kita masi single. Banyak waktu luang yang bisa kita gunakan untuk berbagai kegiatan.

Dua tahun sudah melakukan perjalanan dalam menempuh S2 dari tahun 2018 September-2020 juni. Banyak kenangan yang tidak dapat dilupakan. Karena perjalanan yang kami lalui luar biasa. 

Jarak Lebak Jakarta yang harus ditempuh 4 jam perjalanan sebetulnya tidaklah terlalu jauh. Tapi saya dan beberapa teman biasa berangkat pukul 3 dini hari. Hal itu karena waktu belajar harus dilaksanakan tepat pukul 7 pagi. Makanya saya dari pukul 2 dini hari sudah siap-siap berangkat. Dengan diantar angkot langganan menuju Bogor. 

Sampai bogor biasanya pukul 04.30, dan sampai stasiun pukul 05.00WIB. Setelah sholat subuh kami berangkat naik kereta menuju Tanjung Barat, dan sampai pukul 06.00. Sedangkan sampai kampus Ranco biasanya pukul 06.30 WIB.

Hal itu dirasa berat pada awal mulai perkuliahan, karena harus berangkat sangat pagi bahkan dini hari. Saat anak semata wayang saya masi terlelap dalam buaian mimpi. Tapi hal itu saya lakukan hanya pada hari sabtu. Dari pukul 7 sampai pukul 15.00 WIB.

Kegiatan itu sebetulnya terasa ringan setelah beberapa bulan saya jalani. Karena dengan berjalannya waktu, saya merasa terbiasa. Saya merasa senang, selain mendapatkan ilmu yang berlimpah dan bermanfaat dari para Profesor. Kegiatan itu juga menjadi refresing juga. 

Saya merasakan bagaimana harus mengejar kereta, antri menunggu angkot, menaiki jembatan penyebrangan dengan membawa beban buku di tas ransel dan tas tangan. Tapi saya juga merasa senang, bisa mengenal teman sesama mahasiswa pascasarjana. Yang rata-rata guru. 

Saya dapat teman dan saudara selama menjadi mahasiswa. Mereka sangat baik dan care. Kami kompak dalam tiap kegiatan. Sampai para Dosen mengenal kelas kami angkatan paling kompak, dan cepat dalam mengerjakan tugas. 

Pernah suatu ketika saya pulang sampai rumah pukul 1 dini hari. Karena saat itu sedang mengikuti UAS semester 3. Yang dimulai pukul 01.30 -16.00 WIB. Kemudian dilanjutkan lagi dari pukul 18.30-19.30 WIB. Alhasil saya sampai di stasiun Tanah Abang pukul 21.00 WIB. Saya menaiki kereta Maja dan sampai di Tenjo pukul 23.00 WIB, dan baru sampai Jasinga pukul 00.00 WIB.

Sampai rumah saya pukul 01.00 WIB, dengan menaiki ojek. Saya melihat tukang ojeg yang sudah setengah tua, sepanjang perjalanan kami mengobrol. Tukang ojek itu sudah 15 tahun mengojek. Bahkan beliau, sudah sering membawa langganannya ke daerah Cipanas. Dimana saya tinggal. Akhirnya saya merasa tenang, karena beliau sangat baik dan sopan.

Sebetulnya suami saya sudah menelpon untuk menjemput. Akan tetapi saya menolak, karena anak saya sedang tidur dan tidak ada yang menungguinya. Akhirnya saya meyakinkan, bahwa saya akan baik-baik saja. Dan, mendapatkan tukang ojek yang baik. Saya percaya dan pasrah pada Allah saat itu. Karena hanya kepadanya saja kita bisa memohon pertolongan dan perlindungan.

Alhamdulilah saya sudah menyelesaikan kuliah itu. Sekarang saya selalu mengenang saat itu. Kadang rasa rindu menggunung untuk bertemu dan bersilaturahim dengan teman-teman. Tapi sekarang terasa sulit untuk sekedar bertemu dan mengobrol. Hal itu karena  kesibukan dan ditambah lagi dengan adanya C-19. Seolah tak ada celah untuk bertemu. Hanya saling menyafa lewat Hp saja yang bisa dilakukan. Semoga tali persaudaraan dan pertemanan kita tak hilang dimakan waktu dan zaman, aamiin.




Komentar

  1. Benar bu. Orang sibuk adalah orang yang pandai membagi waktu. Semoga selalu berkah bu.

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Alhamdulilah iya Pak Marinan. Ambu juga Pak sama satu almamater.😀

      Hapus
  3. Orang hebat diciptakan melalui proses yg tidak mudah

    BalasHapus
  4. Mantaap lika-liku perjalnan menempuh S2...

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah ternyata kita semua dipertemukan dalam grup menulis. Kisah perjalanan hidup kita lebih indah kalau dibuat buku.

    BalasHapus
  6. Percayalah bahwa usaha anda berbanding lurus dengan hasilnya....Semangat semoga berkah ilmunya..

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah, yg terutama bersyukur Bu intinya. Krn orang sehebat apapun kalau tdk bersyukur akan terkapar.

    BalasHapus
  8. Masyaa Allah.. Luar biasa semangat Ibu. Patut diteladani 😍 Terima kasih 2 tahun yang menyenangkan bu 😘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1_SRIWATI CGP ANGKATAN 9

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1                                                   foto kegiatan RUKOL Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan                                   Sebagai Pemimpin PERTANYAAN PEMANTIK dan JAWABAN 1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? Filosofi Triloka dan Pratap Triloka menekankan pendekatan holistik dan multidimensional dalam pendidikan. Hal ini dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemimpin, yang perlu memahami dan mempertimbangkan berbagai aspek serta dampak keputusan pada berbagai dimensi organisasi atau masyarakat yang dipimpin. 2.         Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang dapat memiliki dampak besar pada prinsip-prinsip yang mereka anut dalam pengambilan keputusan. Nil

Pentigraf " Pilihan Cinta Namima"

  Pentigraf Tema: Aku Kamu Dia Pilihan Cinta Namima       Aku   biasa disapa Nami, oleh teman-teman di sekolah. Aku yang tinggi kecil, mata belok, hidung mancung, rambut panjang hitam, dan kulit kuning langsat. Membuat teman laki-laki selalu bersiul genit ke arahku. Aku yang duduk di kelas 1 SMA, tak pernah meghiraukan mereka. Karena, Ayah selalu berpesan agar aku belajar sungguh-sungguh. Tidak boleh pacaran terlebih dahulu. Mungkin Ayahku terlihat kolot, tapi semua pesannya selalu diikuti olehku. Seperti yang selalu beliau ucapkan, bahwa pacaran akan memecah konsentrasi belajarku. Walaupun, ada juga yang mengatakan jika memiliki pacar bisa menjadi motivasi dalam belajar. Tapi,  aku lebih mematuhi perkataan Ayahku. Setiap temanku menyatakan cinta, aku akan menolaknya dengan halus.      Seperti rabu kemarin, saat dua teman sekolahku beda kelas Riyo dan Arif menyatakan cintanya. Mereka menghadang di depan kelas saat aku mau masuk. Sontak membuat aku kaget dan bingung. Tiba-tiba Riyo meny

Ikhtifal Yang Buat Deg-degan

 # Minggu Menulis # Tema 'D' Ikhtifal Yang Buat Deg-degan Tak banyak kata yang dapat diungkapkan selain rasa syukur yang luar biasa. Atas anugrah yang Allah berikan pada putra saya Tunjung yang usianya 10 tahun. Hari ini dia mengikuti ikhtifalan di TPA La Tansa. Setelah minggu kemarin mengikuti ujian lisan yang diikuti selama 3 hari. Acara ihtifalan atau biasa disebut pidato tentang keagamaan. Selain itu juga acara pelepasan dan perpisahan untuk siswa kelas 6 (Ali). Kegiatan ini rutin diadakan tiap selesai mengikuti ujian pada semester akhir genap. Yang dipandu oleh para wali kelas tiap tingkat yang biasa disafa Ustadzah oleh para siswa. Kegiatan yang dilaksanakan ikhtifal, marawis, hadroh, dan tarian-tarian islami lainnya. Sungguh luar biasa meriahnya acara tersebut. Yang paling membanggakan untuk kami para orang tua. Tentunya peningkatan pendidikan yang islami  putra kami. Nilai karakter dan pembiasaan yang islami untuk bekal masa depan yang akan direalisasikan dalam kehidupa