Langsung ke konten utama

Pentigraf " Pilihan Cinta Namima"

 Pentigraf

Tema: Aku Kamu Dia




Pilihan Cinta Namima


     Aku biasa disapa Nami, oleh teman-teman di sekolah. Aku yang tinggi kecil, mata belok, hidung mancung, rambut panjang hitam, dan kulit kuning langsat. Membuat teman laki-laki selalu bersiul genit ke arahku. Aku yang duduk di kelas 1 SMA, tak pernah meghiraukan mereka. Karena, Ayah selalu berpesan agar aku belajar sungguh-sungguh. Tidak boleh pacaran terlebih dahulu. Mungkin Ayahku terlihat kolot, tapi semua pesannya selalu diikuti olehku. Seperti yang selalu beliau ucapkan, bahwa pacaran akan memecah konsentrasi belajarku. Walaupun, ada juga yang mengatakan jika memiliki pacar bisa menjadi motivasi dalam belajar. Tapi,  aku lebih mematuhi perkataan Ayahku. Setiap temanku menyatakan cinta, aku akan menolaknya dengan halus.

     Seperti rabu kemarin, saat dua teman sekolahku beda kelas Riyo dan Arif menyatakan cintanya. Mereka menghadang di depan kelas saat aku mau masuk. Sontak membuat aku kaget dan bingung. Tiba-tiba Riyo menyapaku lebih dulu " Hai Namimah, kenapa kamu belum balas WA-ku minggu kemarin?" Katanya dengan penuh harap. "Apa, jadi kamu juga WA dia?" Arif tiba-tiba setengah emosi bertanya pada Riyo. "Ya, kenapa? Apa ada masalah denganmu?". " Tentu saja ada, secara dia calon pacarku dong." Arif mengakui aku sebagai calon pacarnya. " Tidak bisa begitu dong Rif, aku yang calon pacarnya dia". Riyo tak mau kalah. Akhirnya mereka saling baku hantam di depan kelasku. Sontak saja membuat teman-teman kelasku berhamburan ke luar kelas. Melihat pertengkaran Riyo dan Arif.  Mereka dilerai oleh teman-teman kelasku. Akhirnya kami di bawa ke ruang BK untuk mempertanggung jawabkan kejadian itu. Setelah masalah diselesaikan oleh guru BK Bu Reni. Kemudian Bu Reni bertanya padaku " Namimah, setelah masalah ini selesai. Siapa diantara mereka berdua yang kamu pilih?  Walaupun kenyataannya di sekolah kita dilarang pacaran." Pertanyaan Bu Reni membuat aku kaget. Lalu aku langsung menjawab pertanyaan itu " Terusterang Bu, aku tidak menerima cinta mereka berdua. Karena aku, kamu, dan dia (sambil menunjuk ke Riyo dan Arif) sama-sama masih pelajar. Jadi aku menganggap mereka berdua adalah teman Bu, tidak lebih dari itu." Kemudian Bu Reni berkata kembali " Nah, kalian berdua sudah tau bukan jawaban dari Namimah? Sekarang yang harus kalian ingat, jangan mengulangi lagi kejadian tadi. Jadikan kejadian ini sebagai pelajaran berharga untuk bekal masa depan kalian. Suatu saat nanti, saat kalian sudah sukses. Ibu yakin kalian akan mendapatkan cinta sejati yang lebih baik dari hari ini. Mengeri?." Dengan serempak kami menjawab setuju pada penjelasan Bu Reni.

     Sejak kejadian itu aku tidak lagi mendapatkan pesan cinta di WA dari mereka. Akhirnya mereka menyadari apa yang harus dilakukan seorang pelajar di sekolah. Agar bisa meraih masa depan yang cerah dan sukses. Yaitu belajar dan bekerja keras tentunya. Aku selalu mengikuti pesan yang diamanatkan Ayah, agar aku tidak membuatnya kecewa. Karena kerja keras yang Ayah lakukan agar tidak sia-sia. Akhirnya kerja keras itu, berbuah manis dengan prestasi yang aku dapatkan sebagai peringkat 2 di kelas. Aku bisa belajar dengan sungguh-sungguh tanpa memikirkan hal-hal lain. Meskipun aku menyadari cinta remaja adalah cinta paling indah, tapi cinta terhadap Tuhan dan orang tua tentu lebih indah. Karena suatu saat aku akan menemukan cinta sejati bila sudah waktunya.

Komentar

  1. Perbaiki diri pastibpada saatnya akan mnemukan cinta sejati cinta yang terbaik

    BalasHapus

  2. Mantuul... kisah remaja sekolah yg patut dijadikan pelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe sebetulnya itu pengalaman pribadi Amby.

      Hapus
  3. K8sah seorang gadis yg sangat memegang teguh amanat orang tua, cintanya terdapat dirumah dari lingkungan keluarga. Indah sekali, semoga bertemu dengan cinta sejatinya.

    BalasHapus
  4. Seperti membaca pengalaman diri sendiri,
    Nggak boleh pacaran dulu masih sekolah, hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Berarti pengalaman kita sama Bu🤭🤭🤭

      Hapus
  5. Betul orang tua selalu berpesan fokus dulu belajar. Dan akhirnya memang akan dipertemukan dengan sendirinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bunda Suyati. Ayah selalu melakukan yang terbaik🤭

      Hapus
  6. Aku akan membayangkan wajah bunda seperti apa ya ? Berdasarkan cerita diatas.

    BalasHapus
  7. Bersyukur sekali dapat bersikap tegas,dengan kecantikan yang dimilki, semakin rendah hati.

    BalasHapus
  8. Mantul ceritanya Bun..
    Salam kenal ya Bu..

    BalasHapus
  9. Waduh... Ingat masa sekolah yg cinta monyet keren...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ok Bunda Sri Yamini. Kita sama-sama mengalamiy🤭🤭🥰

      Hapus
  10. Keyakinsn yg terbaik, berikan cinta kita hanya kpdNya semata.. Dia akn berikan yg terbaik bl sdh saatnya..

    BalasHapus
  11. Walah, calon pacar, kayak apa saja! Waduh, anak-anak jaman now. Beda kalau pacar jadi calon istri, nah itu baru benar. Lebih benar lagi, nanti pacarannya sesudah jadi istri. Itu baru top markotop!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Pak Rizki. Seperti pengalaman saya, menikah baru pacaran🤭🤭🤭🤭

      Hapus
  12. Sepertinya cerita berdasarkan pengalaman sejati ini. Keren ceritanya...

    BalasHapus
  13. Nanima, Kenapa tidak pacaran saja? Ayah kan tidak tahu... Heheheh

    Bagus ceritanya Bu Sri.

    BalasHapus
  14. Setuju sekali. Cinta orang tua dan Tuhan diutamakan ya. Biar berprestasi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan  Malam ini saya kembali bersemangat untuk menulis setelah beberapa hari saya sibuk  dengan berbagai aktivitas dan membaca novel. Saya belum bisa membatasi membaca novel. Itu kebiasaan saya dari sejak SMA. Malam ini kuliah menulis pematerinya sahabat saya Bu Aam Nurhasanah, S. Pd, yang biasa saya safa Omet.  Sedangkan moderatornya Mr. Bams.       Dalam menulis resume saya pertama kali diajak Bu Aam di gelombang 16. Walau saya mengikuti dipertengahan, tapi alhamdulilah saya, Bu Aam, guru-guru hebat dan Bu Kanjeng membuat buku antologi. Yang berjudul " Jejak Digital Motivator Andal".      Itu merupakan tantangan menurut saya. Karena untuk pertama kalinya saya menulis buku. Walaupun saya sering menulis cerpen dan puisi tapi tidak pernah dipublikasikan atau dibukukan. Kemudian saya pun membuat lagi 3 antologi berupa puisi bersama guru-guru hebat dan Bu Kanjeng. Dengan ramah dan semangat Bu Aam, menyapa par...

Mimpi Jadi Juara

 # Sabtu Menulis # Tema 'J' Mimpi Jadi Juara Dalam hidup ini banyak proses yang sudah kita lalui. Dari pertama kali kita menghirup udara di bumi ini sampai saat ini kita hidup. Banyak perubahan yang kita alami dan lalui. Dari yang tidak bisa apa-apa sampai bisa. Dari yang tidak tahu sampai tahu. Dari bodoh jadi pintar.  Akan tetapi kepintaran atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang tentu beragam. Sesuai bidang dan bakat yang dimilikinya. Walaupun ada dari sebagian orang yang luar biasa pintarnya. Karena dapat menguasai berbagai bidang keilmuan sekaligus. Saya yang sudah dari dulu suka membaca novel, cerpen, dan menulis diary. Membuat saya tidak mengalami kesulitan. Saat membimbing siswa lomba cipta cerpen dan puisi. Tapi waktu itu saya belum berani membukukan cerpen yang biasa saya tulis. Saya tidak berpikir bahwa tulisan saya dapat dibukukan. Mengingat semua itu kadang saya merasa sedih. Karena sudah dua tahun wabah corona menghambat Festival Literasi Seni Nasional. Ti...

Cinta Dua Zaman

 # Pentigraf # Senin Menulis Cinta Dua Zaman      Matahari mengintip di balik celah jendela kamarku. Saat tiba-tiba bunyi telpon nyaring di meja kecil sudut kamar. Segera aku raih Handphone itu, timbul penasaran siapa yang menelpon. Ternyata Ayahku yang menelpon. Apa gerangan yang membuat Ayah menelpon sepagi ini. Sepertinya ada hal yang sangat penting. Ternyata Ayah menyuruhku pulang minggu depan. Aku katakan tidak bisa, karena minggu depan siswaku ujian lisan. Aku tinggal di perumahan salah Satu Pesantren Modern. Tapi Ayah tidak menerima alasan apapun. Terpaksa aku harus meminta izin pada pemilik Pesantren, agar bisa pulang  ke Sukabumi.      Bulan sabit menerangi malam remang-remang saat aku memasuki rumah dengan letih. Ayah dan Ibu nampak tersenyum senang menyambut kedatanganku. Tapi ada yang membuat aku bingung, kenapa saudara Ayah dan Ibu ada di rumah. " Nak, syukurlah kamu sudah datang. Pasti kamu lapar, lebih baik kamu makan dulu dan bersi...