Langsung ke konten utama

Menikmati Perjalanan Bulan Ramadan

 # April Menulis

# Tema ' R '







Menikmati Perjalanan Bulan Ramadan


Pernahkah membayangkan hal yang menjadi rutinitas yang pernah kita lakukan, tiba- tiba hari ini kita lakukan? Apa yang dirasakan? Tentu sangat menyenangkan bukan?

Hal itulah yang hari ini saya rasakan. Dua tahun saya mondar- mandir Cipanas Lebak-Jakarta. Terkadang saya merasa kangen dengan rutinitas yang dua tahun kemarin saya jalani.

Saat harus berangkat pukul 3 pagi, mengejar kereta pagi. Sore harinya pukul 3 harus mengejar kereta lagi untuk pulang ke rumah. Menunggu Profesor untuk menularkan ilmunya. Walau usianya tidak muda tapi mereka sangat kompeten dan memiliki daya ingat yang tajam.

Seperti yang dikatakan oleh Prof. Asanti, " dengan ilmu daya ingat kita tetap terjaga". Makanya beliau meski usianya sudah 80 tahun.  Terus menularkan ilmunya untuk mahasiswa pascasarjananya.

Hari ini rencana awal saya adalah untuk mengambil uang wisuda. yang tidak jadi dilaksanakan karena virus corona. Semua yang sudah direncakanan jadi terhambat.

Hal itu membuat saya dan beberapa teman kecewa. Tapi semua yang terjadi tentu tidak perlu kita sesali. Karena semua itu sudah menjadi ketentuan Yang Maha Kuasa.

Saat saya tiba di kampus UNINDRA, tentu saya merasa sedih juga senang. Sedih karena melihat kampus yang sepi. Tidak ada aktivitas belajar mahasiswa. Sampai akhirnya wisuda tidak dilaksanakan.

Tapi saya masih bersyukur, saya dan teman-teman sudah menyelesaikan pendidikan pascasarjana kami. Dan, sudah menerima ijazah pascasarjana tersebut.

Hal yang membuat saya senang, yaitu saya dapat melihat kampus. Selain itu, saya juga bisa merasakan dan mengenang saat-saat jadi mahasiswa pascasarjana dua tahun lalu.




Saya menunggu kereta dengan  tenang, sambil memperhatikan penumpang yang lain. Terlihat beberapa orang yang membawa barang belanja. Saya juga terpaku saat melihat satu keluarga begitu bahagia berbicara sambil menunggu kereta datang. Sambil memegang barang belanjaan yang dipegangnya dengan erat. Mungkin mereke berbelanja untuk persiapan idul fitri, karena ini bulan ramadan.




Saat menaiki kereta, saya juga merasa senang walau berdiri diantara desakan penumpang. Hal itu juga merupakan hal yang terkadang saya kangenin. Karena sudah beberapa bulan hal itu tidak saya alami. 

Sejak pembatasan secara ketat oleh pemerintah. Saya jarang bepergian naik kereta. Tentu hal itu membuat saya kadang ingin merasakan saat saya naik kereta berdesak-desakan. Dan, berlari menaiki jembatan penyebrangan untuk mengejar kereta ke Tanah Abang untuk mengejar kereta Tenjo.

Alhamdulilah hari ini saya bisa merasakan saat-saat dua tahun lalu. Walaupun saya kecewa karena uang pengembalian wisuda tidak dapat diambil. Dengan alasan nama saya belum terdaftar di bagian keuangan. 

Padahal minggu kemarin teman saya bisa mengambilnya dengan mudah tanpa ada alasan ini dan itu. Saya memahami hal itu, mungkin banyak yang mau mengambil uang wisuda tersebut. 

Yang pada akhirnya pihak keuangan membuat batasan dengan menelpon mahasiswa lalu dimasukan kedaftar calon penerima uang wisuda. Sesuai jadwal yang mereka tentukan agar tidak terjadi antrean yang membludag.

Pada akhirnya untuk mengobati kecewa yang saya rasakan. Saya mengambil hikmah dari kejadian ini. Dengan cara Saya menikmati perjalanan ke kampus UNINDRA di bulan ramadan ini. 

Alhamdulilah, saya dapat mengenang perjalanan dua tahun srbagai mahasiswa pascadarjana UNINDRA. Itulah hikmah yang dapat saya ambil dari perjalanan hari ini. Semoga Allah selalu memudahkan urusan kita. Semoga kita tidak termasuk orang yang suka menyulitkan urusan orang lain, aamiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan  Malam ini saya kembali bersemangat untuk menulis setelah beberapa hari saya sibuk  dengan berbagai aktivitas dan membaca novel. Saya belum bisa membatasi membaca novel. Itu kebiasaan saya dari sejak SMA. Malam ini kuliah menulis pematerinya sahabat saya Bu Aam Nurhasanah, S. Pd, yang biasa saya safa Omet.  Sedangkan moderatornya Mr. Bams.       Dalam menulis resume saya pertama kali diajak Bu Aam di gelombang 16. Walau saya mengikuti dipertengahan, tapi alhamdulilah saya, Bu Aam, guru-guru hebat dan Bu Kanjeng membuat buku antologi. Yang berjudul " Jejak Digital Motivator Andal".      Itu merupakan tantangan menurut saya. Karena untuk pertama kalinya saya menulis buku. Walaupun saya sering menulis cerpen dan puisi tapi tidak pernah dipublikasikan atau dibukukan. Kemudian saya pun membuat lagi 3 antologi berupa puisi bersama guru-guru hebat dan Bu Kanjeng. Dengan ramah dan semangat Bu Aam, menyapa par...

Mengejar Mimpi Jadi Juara

                    Mengejar Mimpi Jadi Juara      Rasanya tak ada yang tak mungkin untuk kita mengejar mimpi. Walau itu sulit sekali pun, tentu kita bisa berusaha. Untuk mencapainya dengan kerja keras, dan usaha yang maksimal.      Seperti yang  saya lakukan dan beberapa orang guru. Membimbing Retno murid saya untuk mengikuti "Lomba Bercerita Bahasa Indonesia" tingkat SLTP se-Kabupaten Lebak.      Hal itu bukan beban yang harus ditanggung. Tapi kewajiban yang harus dijalankan untuk keberhasilan sekolah kami tentunya. Saat Kepala Sekolah saya, Drs. Haryanto, M, M. Pd. Memberitahukan ada lombà itu. Saya merasa senang juga kawatir.     Saya hanya berusaha membimbing Retno dengan baik dibantu oleh ka Aip. Kemudian alhamdulilah dibantu juga ka Tendi dan Bu Endah. Jika saya melihat kepala sekolah yang sangat semangat.     Timbul juga semangat saya untuk membimbing dengan gi...

Mengenang Saat Jadi Mahasiswa Pascasarjana

Tema ' Delapan-delapan/ 88' Mengenang Saat Jadi Mahasiswa Pascasarjana      Saat waktu yang sudah berlalu kita ingat kembali, ada perasaan rindu saat mengenangnya. Seperti yang saya alami tahun 2018 lalu. Saat jadi Mahasiswa Pascasarjana di UNINDRA PGRI.       Hanya pada hari sabtu kami mengikuti mata kuliah yang dibimbing boleh beberapa Profesor. Usia bukanlah halangan untuk menyalurkan ilmu yang bermanfaat. Karena, usia mereka hampir di atas 70 tahun. Tapi, banyak juga dosen yang masih muda.      Pengalaman yang berharga saat Profesor Apsanti yang usianya sudah 85 tahun. Tidak mau dipapah saat menaiki tangga darurat, karena lip sedang diperbaiki. Beliau mau jalan sendiri biar sehat, dan merasa masih kuat.      Beliau yang sangat awas dan teliti saat mengoreksi tugas analisis cerpen. Berkata, "kita harus menyalurkan ilmu kita terus. Dengan begitu ilmu akan terus menerangi hidup kita. Seperti saya yang belum pikun karena i...