Langsung ke konten utama

Serunya Bermain Qasidah

 # April Menulis

# Tema ' Q '




Serunya Bermain Qasidah 





Hari ini saya bingung harus menulis apa, rasanya seperti kehilangan ide. Kata-kata yang digunakan untuk awalan hurup 'Q' jarang dalam bahasa Indonesia. Tetapi jika serapan dari bahasa Arab sangat banyak kata yang menggunakan huruf awal 'Q'.

Akhirnya saya teringat dengan qasidahan yang putra saya pelajari. Tepat satu minggu sebelum ramadan, putra saya mengikuti ihtifalan di TPA. Kebetulan putra saya, harus tampil qasidah juga.

Setiap hari pukul 14.00 WIB, dia harus latihan qasidah. Kegiatan itu dibimbing oleh ustadz La Tansa yang masih muda. Saya sangat bersyukur, karena semua yang dipelajari tidak ada yang sia-sia.

Qasidah merupakan syair kesusastraan Arab yang dinyanyikan. Dimana liriknya berupa puji-pujian untuk kaum muslim. Juga berisi tentang dakwah yang berupa nasihat secara islamiyah.

Alat musik yang digunakan untuk qasidah biasanya disebut rebana dan mandolin. Cara bermain qasidah, yaitu rebana dipegang tangan kiri. Kemudian tangan kanan untuk memukul rebananya.

Permainan qasidah sangat menarik dan seru menurut putra saya. Sehingga dia semangat berlatih main qasidah. Hampir setiap hari menjelang ihtifalan dia berlatih qasidah. Saat di rumah dia suka memukul lemari, dan  galon aqua. 

Pukulan yang dia lakukan akan mengeluarkan bunyi yang enak didengar. Dia terlihat senang dan bersemangat untuk terus melakukan pukulan. Terutama pada lemari atau galon aqua di rumah.

Walaupun berisik, tapi saya hanya memperhatikannya saja. Awalnya saya dan suami merasa berisik. Tapi saya pikir-pikir, toh dia memukulnya tidak tiap menit. Hanya pada saat dia merasa bosan dan suntuk saja.

Karena putra saya sudah bisa cara memainkan rebana. Dia juga berlatih memainkan darbuka. Sampai dia browsing di youtube cara memainkan rebana dan dĂ rbuka.

Hal itu persis seperti browsing cara beternak ikan hias. Alhamdulilah dengan cepat dia bisa mempelajarinya. Semua yang dia lakukan semoga menjadi bekal di masa depannya. Sebagai Ibu saya hanya mendukung dan mendoakannya saja.




Apa yang dia sukai tentu saya dan suami cukup mendukung dan membimbingnya. Seperti saat ini dia sedang nenyukai rebana dan darbuka. Saya melihat keseruan dia pas tampil qasidah. 

Saya merasa senang selama itu hal yang baik dan berupa kemajuan dalam pembelajarannya. Semoga kelak kau jadi anak yang sholeh dan sukses, aamiin. Karena sebagai orang tua kita hanya bisa mendukung dan mendoakan putra kita.

Komentar


  1. Luar biasa Nak Tunjung. Banyak minat yg mau dikembangkannya. Semoga senantiasa membanggakan orangtua yah..

    BalasHapus
  2. Paling suka nyanyiin Opin lagu-lagu kasidah sebelum dia tidur. Hehe

    BalasHapus
  3. Jadi ingat semasa di kampung halaman dulu, ikut bergabung dalam rebana grup pecinta sholawat nabi. Semoga kelak akan mendapatkan syafaat dari Nabiullah SAW. Aamiin

    BalasHapus
  4. Qosidah untuk membangun kan saur bisa tuh keran bunda dan semangat dengan qosidanya luar biasa

    mohon kritik dan saran pada tulisan saya di blog

    https://hernisbanah.blogspot.com/2021/04/queen-lebih-populer-dari-pada-king.html

    BalasHapus
  5. Kalau untuk anak-anak sih Insya Allah tidak apa-apa. Tapi, kalau untuk orang dewasa, ada yang melarangnya karena dianggap bermain musik.

    BalasHapus
  6. alhamdulillah masih ada yang membudayakan qasidah.Semoga kelak menjadi putra harapan bangsa dan ortu.Amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin terima kasih doanya semoga dikabulkan oleh Allah.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan  Malam ini saya kembali bersemangat untuk menulis setelah beberapa hari saya sibuk  dengan berbagai aktivitas dan membaca novel. Saya belum bisa membatasi membaca novel. Itu kebiasaan saya dari sejak SMA. Malam ini kuliah menulis pematerinya sahabat saya Bu Aam Nurhasanah, S. Pd, yang biasa saya safa Omet.  Sedangkan moderatornya Mr. Bams.       Dalam menulis resume saya pertama kali diajak Bu Aam di gelombang 16. Walau saya mengikuti dipertengahan, tapi alhamdulilah saya, Bu Aam, guru-guru hebat dan Bu Kanjeng membuat buku antologi. Yang berjudul " Jejak Digital Motivator Andal".      Itu merupakan tantangan menurut saya. Karena untuk pertama kalinya saya menulis buku. Walaupun saya sering menulis cerpen dan puisi tapi tidak pernah dipublikasikan atau dibukukan. Kemudian saya pun membuat lagi 3 antologi berupa puisi bersama guru-guru hebat dan Bu Kanjeng. Dengan ramah dan semangat Bu Aam, menyapa par...

Mimpi Jadi Juara

 # Sabtu Menulis # Tema 'J' Mimpi Jadi Juara Dalam hidup ini banyak proses yang sudah kita lalui. Dari pertama kali kita menghirup udara di bumi ini sampai saat ini kita hidup. Banyak perubahan yang kita alami dan lalui. Dari yang tidak bisa apa-apa sampai bisa. Dari yang tidak tahu sampai tahu. Dari bodoh jadi pintar.  Akan tetapi kepintaran atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang tentu beragam. Sesuai bidang dan bakat yang dimilikinya. Walaupun ada dari sebagian orang yang luar biasa pintarnya. Karena dapat menguasai berbagai bidang keilmuan sekaligus. Saya yang sudah dari dulu suka membaca novel, cerpen, dan menulis diary. Membuat saya tidak mengalami kesulitan. Saat membimbing siswa lomba cipta cerpen dan puisi. Tapi waktu itu saya belum berani membukukan cerpen yang biasa saya tulis. Saya tidak berpikir bahwa tulisan saya dapat dibukukan. Mengingat semua itu kadang saya merasa sedih. Karena sudah dua tahun wabah corona menghambat Festival Literasi Seni Nasional. Ti...

Cinta Dua Zaman

 # Pentigraf # Senin Menulis Cinta Dua Zaman      Matahari mengintip di balik celah jendela kamarku. Saat tiba-tiba bunyi telpon nyaring di meja kecil sudut kamar. Segera aku raih Handphone itu, timbul penasaran siapa yang menelpon. Ternyata Ayahku yang menelpon. Apa gerangan yang membuat Ayah menelpon sepagi ini. Sepertinya ada hal yang sangat penting. Ternyata Ayah menyuruhku pulang minggu depan. Aku katakan tidak bisa, karena minggu depan siswaku ujian lisan. Aku tinggal di perumahan salah Satu Pesantren Modern. Tapi Ayah tidak menerima alasan apapun. Terpaksa aku harus meminta izin pada pemilik Pesantren, agar bisa pulang  ke Sukabumi.      Bulan sabit menerangi malam remang-remang saat aku memasuki rumah dengan letih. Ayah dan Ibu nampak tersenyum senang menyambut kedatanganku. Tapi ada yang membuat aku bingung, kenapa saudara Ayah dan Ibu ada di rumah. " Nak, syukurlah kamu sudah datang. Pasti kamu lapar, lebih baik kamu makan dulu dan bersi...