Langsung ke konten utama

Mengenang 1 Januari 2020

 Mengenang 1 Januari 2020



     Pukul 06.00 WIB, saya melihat berita di tv siaran ulang banjir di Sulawesi Selatan. Terasa perih dan sedih hati saya. Saat melihat sungai yang keruh coklat, mendorong sebuah rumah dan berbagai matrial menuju hilir. Banyak rumah yang terendam, bermacam kendaraan roda dua dan empat. Belum lagi perkakas rumah tangga. Bahkan banyak korban yang meninggal dunia, ya Allah menyesakan sekali.

     Terasa menyayat hati melihat semua itu. Saya  berdoa semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan. Agar mereka yang sedang Allah uji lewat musibah itu kuat dan tabah.

     Selain itu, musibah yang sedang melanda Negeri ini sangat luar biasa. Diantaranya, gempa dan banjir di Sulawesi, longsor di Sumedang Jawa Barat, Gunung Semeru Lumajang yang memuntahkan lahar.

     Tahun ini Allah sedang menguji Negeri kita dengan berbagai cobaan yang luar biasa. Semoga musibah ini cepat berlalu dan banyak hikmah yang Allah limpahkan.
     
     Tiba-tiba saya teringat kembali pada 1 Januari 2020 lalu. Saat pagi-pagi pukul 6.30 menit. Akan membuat nasi goreng untuk sarapan kami. Akan tetapi saat saya membuka pintu belakang rumah. Yang memang langsung menghadap ke sungai ciberang. Saya terkejut melihat sungai sangat besar dan gulungan ombaknya setinggi genting rumah.

     Memang sungai ciberang saat musim hujan selalu besar. Tetapi saya merasa sungai ciberang saat itu tidak seperti biasanya.

     Saat saya berbicara pada suami saya dan melihat ke sungai ciberang. Tiba-tiba air masuk semata kaki. Saya merasa kaget, dan mau menutup air tersebut. Akan tetapi air yang masuk bertambah deras. Saya meminta suami untuk membantu. Tapi air semakin deras hanya hitungan detik. Air sudah selutut saya, kemudian langsung naik sedada saya.



     Ternyata air datang bukan dari belakang rumah. Tetapi dari depan rumah. Air menjadi 3 bagian, bagian 1 berada di tempatnya biasa mengalir. Sedangkan dua bagian lagi berada di dalam Ponpes La Tansa. Karena pagar tembok jebol oleh air yang besar dan kencang. 

     Kami panik, saat sungai sudah sedada. Kami sudah tidak fokus, semua perkakas sudah terangkat mengambang. Seperti kursi, kulkas, mesin cusi, spring bed, dan perabot rumah tangga lainnya. 

     Saya teringat laptop dan tesis saya yang baru dibuat dari bab 1-3. Saat saya mengangkatnya, laptop saya sudah basah. Saya hampir tertimpa lemari kalau suami tidak cepat menahannya. Akhirnya kami segera keluar, tapi saya melihat dompet kesayangan saya yang berisi flashdisk yang berisi tesis saya. Akhirnya saya membawanya ke luar rumah.



     Saat kami ke luar, kami meraba dan memegangi tembok rumah. Karena sungai yang disertai lumpur coklat sangat deras dan kencang. Putra kami yang berusia 9 tahun digendong Ayahnya. Saat kami di luar rumah, motor kami satu terseret. Kami hanya memperhatikannya tanpa bisa berbuat apa-apa. Selang beberapa menit mobil kijang LGX kami mengikutinya maju sesuai laju air dengan alarem terus menyala. Kami hanya mengucap istigfar dan takbir pada Allah Maha Penguasa.

     Kami pergi ke belakang rumah tetangga yang datarannya lebih tinggi. Putraku di naikkan ke atas genting. Sementara saya dan suami naik ke atas pagar teras belakang rumah tetangga. Satu jam kami terjebak di sana. Karena sungai mengalir di depan dan belakang rumah.

     Saat itu rumah saya dan tetangga masi berdiri kokoh. Hanya beberapa gajebo, kandang burung, dan parabola. Roboh kena hantaman derasnya air dan langsung terdorong ke hilir. Putra saya menyaksikan semua itu menangis dan menggigil
Kedinginan. Sementara saya dan suami tak henti-hentinya bertakbir dan adzan.

     Sementara tetangga saya sebagian sudah lari ke dataran yang tinggi. Sebagian lagi sedang mudik. Karena saat kejadian sedang liburan. Dan, berbarengan dengan tahun baruan. Selang 1 jam, tiba-tiba sungai surut sedikit. Para tetangga yang lain baru berdatangan karena hujan pun mulai reda.  Setelah berhari-hari mengguyur Cipanas Lebak.

     Tiba-tiba tetangga sebelah rumah kami ustadz Saman datang menghampiri. Akhirnya kami berjalan berpegangan tangan berkeliling mencari jalan yang mudah untuk di lalui karena arus air masih kencang.

     Kemudian Dibantu beberapa tetangga lainnya yang sudah berdatangan membantu kami. Untuk menyebrangi sungai yang ada di dalam Ponpes. Kami akhirnya dibawa kerumah salah satu tetangga yang rumahnya jauh dari arus sungai. Dengan diberi baju dan  makan. Maklum baju yang selamat hanya yang nempel di badan saja itu pun sudah basah kuyup.

     Selang beberapa menit putraku menangis terus menanyakan Ayahnya. Mungkin dia trauma, saat tidak melihat Ayahnya dia pikir Ayahnya terbawa air. Padahal Ayahnya berada di kantor pengajaran tempat berkumpulnya ustadz-ustadz.

     Akhirnya saya membawa putra saya mencari Ayahnya. Setelah bertemu, saya dan putra saya dibawa ke rumah tetangga yaitu Bu Mini. Atas perintah pemilik Ponpes La Tansa. Akhirnya untuk sementara kami tinggal disana. Sampai akhirnya pada malam hari kami menempati rumah dinas lain yang jaraknya 1 km. Yang berada di La Tansa 5. Karena rumah dinas yang hanyut berada di  La Tansa 1.

     Pada pukul 09.00 WIB, tiba-tiba sungai datang dengan kekuatan yang lebih besar dan deras. Membawa matrial berupa pohon-pohon besar, rumah penduduk, jembatan, dan sekolah. Semuanya hanyut, ternyata rumahku juga hanyut beserta motorku yang satunya lagi dan semua perkakas rumah. 

     Yang lebih menyedihkan lagi, saya teringat semua ijazah sekolah dari SD- S1, SK CPNS-PNS, sertifikat-sertifikat. Baik berupa pengembangan diri maupun tanah. Buku-buku berhargaku dari zaman ke zaman sampai buku S2ku. Ya Allah luar biasa ujian ini. Tapi tiba-tiba saya tersadar bahwa semua itu milik-Nya dan hanya titipan-Nya. Untuk kami di dunia fana ini.

     Kemudian bertambah lagi rasa syukur saya, dengan adanya suami dan putra saya. Hal itu lah yang menguatkan saya. Karena harta bisa dicari kembali. Surat-surat bisa diurus juga, akan tapi nyawa tidak dapat dicari dan diganti dengan apapun.

  Dari kejadian ini saya banyak belajar bersyukur dan bersabar. Banyak tangan terulur dari tiap penjuru Indonesia bahkan luar Negeri. Baik yang mengenal kami dan Ponpes La Tansa maupun yang tidak mengenal. Guru-guru PGRI bergandengan tangan membantu kami. Dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat. Mereka bekerja dengan cepat. Membersihkan lumpur yang selutut di tiap pojok kelas, masjid, rumah dinas yang masi ada. Rumah dinas yang hanyut ada 3 rumah termasuk rumah saya.

     Dua hari setelah kejadian itu keadaan kami sudah mulai membaik meski masi ada trauma. Saya dipaksa oleh suami berangkat ke Jakarta untuk mengikuti UAS semester 3. Karena setelah itu saya harus fokus untuk tesis. 

     Sungguh luar biasa, saat saya berada di kampus. Semua teman-teman seperti tidak percaya melihat saya yang datang untuk mengikuti UAS. Mereka bertanya sampai menangis perihal musibah yang menimpa saya. Mereka mendapat kabar dari teman-teman yang berada di Lebak.

     Saya sangat terharu mereka banyak mempoto cofi materi untuk bahan UAS. Mereka juga mengumpulkan sumbangan. Ya Allah, saya hanya bisa berucap Subhanallah. Janji Allah menjelma. Allah memberi kusulitan dan Allah juga memberi kebaikan.

    Saya hanya pasrah dan iklas saat mendapatkan mobil saya sudah habis dijadikan bertut oleh para penjarah. Dan, satu motor saya pun masi  berada di tangan mereka. Karena motor yang satunya ada yang mengembalikan walau keadaannya sudah tidak utuh. Tapi saya yakin Allah menguji kami tidak semata- mata tanpa alasan. Semoga saya selalu tabah dan sabar menghadapi semua ini walau tidak mudah.










Komentar

  1. Pengalaman nyta yang sangat berharga dan bermakna dalam kehidupan...smg Allah SWT melimpahkan anugerah kesehatan dan keselamatan bersama keluarga tercinta njih bu..aamiin..

    BalasHapus
  2. Masya Allah pengalaman yg luar biasa. Semoga Allah mengganti yang hilang Bu. Aamiin

    BalasHapus
  3. Semoga tdk terulang bencana dahsyat itu di kampung kita, namun harus terus wsspada bila curah hujan ekstrim..

    BalasHapus
  4. Semoga setiap ujian dan musibah dapat diambil ibrahnya agar menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin

    BalasHapus
  5. Semoga tidak banyak menelan korban jiwa, dan musibah ini segera belalu ya bu..

    BalasHapus
  6. Innalillahi Wainna Ilaihi rojiuun..
    Allah hendak mengangkat derajat dan menggati dengan yang lebih baik..jika ikhlas dan sabar...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan

Trik Menulis Resume Sampai Dibukukan  Malam ini saya kembali bersemangat untuk menulis setelah beberapa hari saya sibuk  dengan berbagai aktivitas dan membaca novel. Saya belum bisa membatasi membaca novel. Itu kebiasaan saya dari sejak SMA. Malam ini kuliah menulis pematerinya sahabat saya Bu Aam Nurhasanah, S. Pd, yang biasa saya safa Omet.  Sedangkan moderatornya Mr. Bams.       Dalam menulis resume saya pertama kali diajak Bu Aam di gelombang 16. Walau saya mengikuti dipertengahan, tapi alhamdulilah saya, Bu Aam, guru-guru hebat dan Bu Kanjeng membuat buku antologi. Yang berjudul " Jejak Digital Motivator Andal".      Itu merupakan tantangan menurut saya. Karena untuk pertama kalinya saya menulis buku. Walaupun saya sering menulis cerpen dan puisi tapi tidak pernah dipublikasikan atau dibukukan. Kemudian saya pun membuat lagi 3 antologi berupa puisi bersama guru-guru hebat dan Bu Kanjeng. Dengan ramah dan semangat Bu Aam, menyapa par...

Mengejar Mimpi Jadi Juara

                    Mengejar Mimpi Jadi Juara      Rasanya tak ada yang tak mungkin untuk kita mengejar mimpi. Walau itu sulit sekali pun, tentu kita bisa berusaha. Untuk mencapainya dengan kerja keras, dan usaha yang maksimal.      Seperti yang  saya lakukan dan beberapa orang guru. Membimbing Retno murid saya untuk mengikuti "Lomba Bercerita Bahasa Indonesia" tingkat SLTP se-Kabupaten Lebak.      Hal itu bukan beban yang harus ditanggung. Tapi kewajiban yang harus dijalankan untuk keberhasilan sekolah kami tentunya. Saat Kepala Sekolah saya, Drs. Haryanto, M, M. Pd. Memberitahukan ada lombà itu. Saya merasa senang juga kawatir.     Saya hanya berusaha membimbing Retno dengan baik dibantu oleh ka Aip. Kemudian alhamdulilah dibantu juga ka Tendi dan Bu Endah. Jika saya melihat kepala sekolah yang sangat semangat.     Timbul juga semangat saya untuk membimbing dengan gi...

Mengenang Saat Jadi Mahasiswa Pascasarjana

Tema ' Delapan-delapan/ 88' Mengenang Saat Jadi Mahasiswa Pascasarjana      Saat waktu yang sudah berlalu kita ingat kembali, ada perasaan rindu saat mengenangnya. Seperti yang saya alami tahun 2018 lalu. Saat jadi Mahasiswa Pascasarjana di UNINDRA PGRI.       Hanya pada hari sabtu kami mengikuti mata kuliah yang dibimbing boleh beberapa Profesor. Usia bukanlah halangan untuk menyalurkan ilmu yang bermanfaat. Karena, usia mereka hampir di atas 70 tahun. Tapi, banyak juga dosen yang masih muda.      Pengalaman yang berharga saat Profesor Apsanti yang usianya sudah 85 tahun. Tidak mau dipapah saat menaiki tangga darurat, karena lip sedang diperbaiki. Beliau mau jalan sendiri biar sehat, dan merasa masih kuat.      Beliau yang sangat awas dan teliti saat mengoreksi tugas analisis cerpen. Berkata, "kita harus menyalurkan ilmu kita terus. Dengan begitu ilmu akan terus menerangi hidup kita. Seperti saya yang belum pikun karena i...