Langsung ke konten utama

Bahadur Di Tengah Banjir


Bahadur Di Tengah Banjir

     Tak terasa sudah satu tahun lebih. Banjir bandang yang mengangkut seluruh harta benda yang ku miliki. Hanyut tergusur ke hilir beserta gulungan arus deras air dan lumpur. 



     Tentu itu musibah yang datang tak terprediksi. Saat mobil, dua motor, perabot, berkas PNS, ijazah, surat-surat penting lainnya hilang dalam hitungan detik di depan mata.

     Allah maha pemilik seluruh alam dan isinya.  Tentu mengambilnya dengan sangat mudah tanpa ada yang bisa menghalaunya.

     Saya bersyukur waktu itu diberi ketabahan dan kesabaran yang luar biasa. Mungkin Allah menyayangi kami yang diberi musibah lewat cobaannya yang maha dahsyat itu. Sehingga saya tidak merasa prustasi dengan semua itu.

     Bahkan setelah dua hari kejadian, saya dan putra saya berangkat ke Jakarta. Saya mengikuti Ujian Akhir Semester 3 di kampus Pascasarjana UNINDRA. Karena setelah itu saya akan langsung menyusun tesis.  Untungnya saya bisa menyelamatkan dompet saya yang berisi plesdis tesis saya bab 1-3. 

     Semua teman-teman saya sampai tidak percaya saya bisa mengikuti UAS. Mereka menjadi bahadur (pahlawan) dengan mempotokopikan materi bahan UAS untuk saya pelajari. Kebaikan mereka luar biasa, saya hanya bisa berdoa. Semoga kebaikan mereka Allah balas dengan berlipat ganda.

     Semua yang menimpa saya, suami, dan putra saya. Murni ujian dari Allah, agar hidup ini tidak tengadah saat di atas. Karena semua yang ada di dunia ini hanya titipan sementara. Yang kadang bisa membuat kita khilaf menjadi sombong dan takabur.

     Mengingat semua itu, saya teringat bahadur yang membawa kami keluar dari banjir. Beliau ustadz Samanhudi, bagi kami adalah bahadur (pahlawan). 

     Saat kami bingung harus melalui jalan mana agar bisa keluar dari kepungan banjir setinggi dada itu. Tetangga kami ustadz Samanhudi, tiba-tiba datang lewat belakang rumahnya. Berteriak memanggil-manggil kami. Lalu mengajak kami mencari celah yang bisa di lewati dengan saling berpegangan tangan. 

   Sungguh menyedihkan sekaligus mengharukan sebetulnya. Bagaimana tidak, kami yang terkepung banjir dari segala arah bingung. Harus melalui jalan mana agar keluar dari kepungan banjir.

     Ternyata Allah memberikan jalan lewat tetanggaku yang sama-sama mengalami musibah banjir. Setelah itu, akhirnya banyak tetangga berdatangan menolong kami. Membawa kami ke rumah mereka. Untuk mengganti baju kami yang basah kuyup dan berlumpur. Mengisi perut kami yang kosong karena belum sempat sarapan. Karena banjir terjadi pukul enam pagi.

     Saya hanya bisa bersyukur banyak yang tangannya terulur saat musibah datang. Allah memberikan ujian, Allah juga mendatangkan pertolongannya melalui tangan-tangan orang baik dan sholeh.

     Karena rumah yang kami tempati perumahan  pondok. Tempat suami saya bekerja sebagai guru pondok di La Tansa Boarding School. Maka Pak Adrian sebagai pemilik pondok, menyuruh kami menempati rumah sementara di pondok La Tansa 5. Yang berjarak 1 kilometer dari La Tansa 1.
  
     Alhamdulilah pakaian pertama yang kami pakai dari keluarga ustadz Basuni, Bu Mini. Kemudian sebagai pemilik pondok Pak Adrian pun tak tinggal diam dalam memenuhi kebutuhan kami. Walaupun pondoķ pesantren La Tansa hampir setengahnya terendam banjir.

     Banyak kelas yang rusak, lab rusak, peralatan mercing yang harganya ratusan juta hanyut. Semua itu menelan kerugian milyaran rupiah mungkin.

     Tapi dengan musibah itu Bapak Presiden, Gubernur Banten, dan Bupati Lebak. Langsung datang meninjau kejadian tersebut dengan sigap. Sehingga alhamdulilah La Tansa mendapat bantuan tanggul dan Rusun ( rumah susun) dari pemerintah.

La Tansa saat ini 


     Selain itu guru-guru PGRI langsung terjun beserta Pak Kabid dan jajarannya. Menemui guru-guru yang terkena banjir bandang. Sekaligus meninjau lokasi sekolah-sekolah yang hanyut. Alhamdulilah Allah maha adil dan penyayang. Saat musibah diberikan, kebaikan pun  Allah datangkan.

     Saya hanya bisa mendoakan, semoga orang-orang yang tangannya terulur untuk kami. Dari sabang sampai merauke, Allah membalasnya dengan berlipat ganda. Siapa pun mereka, dimanapun mereka. Semoga kebaikan dan kebahagiaan Allah berikan, aamiin.

     Terimakasi juga untuk adik-adik tercinta, yang sudah berpegangan tangan memberi supot. Baik berupa materi maupun doa terhebatnya. Untuk orang tua kami yang tak henti-hentinya selalu mengirim doa mujarabnya. Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan dan umur yang panjang. Sehingga kami masih bisa berbakti, hingga nafas penghabisan.


 

Komentar

  1. Kisah yang inspiratif, Bu. Banyak cara untuk bisa menjadi seorang bahadur. Terima kasih telah berbagi. 🙏

    BalasHapus

  2. Sungguh mengerikan bencana dahsyat itu. Allahu akbar keluarga bu Sri selamat ...

    BalasHapus
  3. Pengalaman hidup yang luar biasa, Bu Sri.
    Terimakasih sudah berbagi

    BalasHapus
  4. Ya Allah,,,betapa mengerikan bencana yang ibu alami. Pasti sampai kapanpun peristiwa itu akan diingat, semoga tidak trauma bu. Alhamdulillah banyak bahadur yang dapat membantu. Mereka semua bahadur sejati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba Ai. Alhamdulilah berkat para Bahadur saya bisa menghilangkan trauma. Kemudian dukungan keluarga yang luar biasa kompak juga.

      Hapus
  5. Orang yang baik hadir untuk orang-orang yang baik. Ia akan menjadi bahadur dalam kehidupan kita.

    BalasHapus
  6. Allah akan menggantikan semua dengan yang lebih baik. Allah menolong melalui tangan para Bahadur yang ada di sekeliling ibu sekeluarga.

    BalasHapus
  7. Subhanalloh. Kisah yang luar biasa dan cerita nyata...Semoga tabah dan tetap sabar. Semoga Alloh menggantinya dengan yang lebih baik.

    BalasHapus
  8. Ya Allah cerita yang mengingatkan saya pada musibah yang sama beberapa tahun lalu.
    Yang sabar ya Bu, sehat selalu dan sukses untuk perjuangan tesisnya

    Ayo Terus Menulis

    BalasHapus
  9. Sebuah kisah yang luar biasa sehingga bisa bertemu bahadur-bahadur sejati.

    BalasHapus
  10. Sungguh menginspari kami bu. Pengalaman menjadi pelajaran yang berharga. Terima Kasih telah berbagi

    BalasHapus
  11. Sebuah kisah yang tak kan terlupakan..selalu semangat Bu..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Dua Zaman

 # Pentigraf # Senin Menulis Cinta Dua Zaman      Matahari mengintip di balik celah jendela kamarku. Saat tiba-tiba bunyi telpon nyaring di meja kecil sudut kamar. Segera aku raih Handphone itu, timbul penasaran siapa yang menelpon. Ternyata Ayahku yang menelpon. Apa gerangan yang membuat Ayah menelpon sepagi ini. Sepertinya ada hal yang sangat penting. Ternyata Ayah menyuruhku pulang minggu depan. Aku katakan tidak bisa, karena minggu depan siswaku ujian lisan. Aku tinggal di perumahan salah Satu Pesantren Modern. Tapi Ayah tidak menerima alasan apapun. Terpaksa aku harus meminta izin pada pemilik Pesantren, agar bisa pulang  ke Sukabumi.      Bulan sabit menerangi malam remang-remang saat aku memasuki rumah dengan letih. Ayah dan Ibu nampak tersenyum senang menyambut kedatanganku. Tapi ada yang membuat aku bingung, kenapa saudara Ayah dan Ibu ada di rumah. " Nak, syukurlah kamu sudah datang. Pasti kamu lapar, lebih baik kamu makan dulu dan bersi...

Keunikan Kolecer

# Minggu menulis # Tema 'K'   Keunikan Kolecer       Saat ini   di Cipanas Lebak cuaca sedang tidak stabil. Kadang hujan lalu besoknya panas. Sedangkan angin bertiup sangat kencang. Seperti tadi malam, hujan dan angin sangat kencang. Halilintar juga sangat keras menggelegar.  Saat membuka gorden, saya melihat jemuran baju mau roboh. Saya tidak berani ke luar rumah hanya memperhatikannya saja, lewat jendela kaca. Tiba-tiba suara kolecer (baling bambu) sangat kencang, karena tertiup angin yang kencang. Semakin angin kencang, kolecer berputar dan mengeluarkan suara  yang merdu.  Suara kolecer yang merdu bisa menakuti hewan pengganggu seperti burung. Petani biasanya menempatkan kolecer di sawah bersama bebegig (orang-orangan sawah). Untuk melindungi padi dari hewan pengganggu seperti burung. Tapi masyarakat di sini menempatkan kolecer di atas pohon besar yang tinggi. Bahkan mereka sengaja menempatkan bambu yang besar dan panjang untuk menempatkan...

Mengejar Mimpi Jadi Juara

                    Mengejar Mimpi Jadi Juara      Rasanya tak ada yang tak mungkin untuk kita mengejar mimpi. Walau itu sulit sekali pun, tentu kita bisa berusaha. Untuk mencapainya dengan kerja keras, dan usaha yang maksimal.      Seperti yang  saya lakukan dan beberapa orang guru. Membimbing Retno murid saya untuk mengikuti "Lomba Bercerita Bahasa Indonesia" tingkat SLTP se-Kabupaten Lebak.      Hal itu bukan beban yang harus ditanggung. Tapi kewajiban yang harus dijalankan untuk keberhasilan sekolah kami tentunya. Saat Kepala Sekolah saya, Drs. Haryanto, M, M. Pd. Memberitahukan ada lombà itu. Saya merasa senang juga kawatir.     Saya hanya berusaha membimbing Retno dengan baik dibantu oleh ka Aip. Kemudian alhamdulilah dibantu juga ka Tendi dan Bu Endah. Jika saya melihat kepala sekolah yang sangat semangat.     Timbul juga semangat saya untuk membimbing dengan gi...